Ruang Kuliah/wikipedia.org |
Ketika SMA kita sering mendambakan suasana kampus. Ya kampus yang mana tak ada aturan begitu rumit layaknya ketika kita berada di bangku sekolah. Masuk jam tujuh, Tak boleh telat, harus ngerjakan PR, diomelin guru dan masalah-masalah lainya. Ada satu alasan kenapa aturan tersebut yang sebegitu rumit diterapkan, yaitu karena siswa dianggap belum cukup dewasa untuk diberikan kebebasan. Demikian kah? Mungkin kita semua pernah mengalami bukan pada masa SMP dan SMA tentunya. Semua itu berbeda halnya dengan ketika kita sudah berada di kampus atau dengan bahasa gaulnya perkuliahan. Segala aturan rumit yang kita temui sewaktu menjadi siswa tidak kita temui lagi sewaktu menjadi Mahasiswa dengan alasan bahwa perkuliahan adalah metode belajar orang dewasa, benarkah? Ketika menjadi mahasiswa kalian semua tidak akan menjumpai lagi berbagai aturan yang dapat kita temukan sewaktu kita masih sekolah. Tidak mengerjakan tugas, tidak belajar, telat, sampai bolos pun tidak akan ada yang ngejar-ngejar kamu agar lebih baik lagi. Kamu mau kuliah, mau belajar, mau bolos, tidak ada lagi yang peduli. Dosen ngga mungkin kaya guru BK sewaktu SMA yang nelfonin siswa ketika tidak masuk tanpa keterangan. Semua orang terlihat tak peduli. Ya karena sudah dianggap dewasa. Kamu bertanggungjawab atas dirimu sendiri itulah yang disebut dengan pendidikan orang dewasa hehe..
Mahasiswa, seorang siswa yang bergelar maha, ini berarti bukan siswa biasa. Melainkan sekelompok penutut ilmu yang dipandang berwibawa dan menjadi harapan orangtua, rakyat, hingga bangsa dan negara dengan segudang perubahan yang sudah dilakukan maupun yang masih menjadi wacana. Mahasiswa sebagai agent of change merupakan garda depan dari rakyat, bangsa dan negara untuk melakukan perubahan-perubahan yang menakjubkan hingga membawa kehidupan ini kearah yang lebih baik. Mahasiswa diharapkan peka terhadap segala permasalahan yang terjadi dan hadir membawa solusi yang cemerlang. Mahasiswa harus mampu menjadi panutan tentunya untuk diri sendiri sebelum menjadi panutan orang lain. Mahasiswa merupakan suatu kelas masyarakat yang dianggap layak menjadi pengganti tonggak estafet kepemimpinan. Itulah dengung-dengung yang selalu tertanam dengan rapat disetiap jiwa para agent of change yang ditanamkan melalui orasi-orasi, diskusi-diskusi, dan buku-buku. Itulah arti, tugas dan tujuan seorang mahasiswa.
Namun apa yang terjadi melihat beberapa oknum atau segelintir mahasiswa yang tentunya tidak jarang kita jumpai di kampus kita masing-masing. Pasti ada yang pernah nih dimintai tolong untuk tanda tangan pada absensi teman kita alias titip absen. Sebenernya hal semacam ini tidak dapat dilakukan pada sembarang dosen. Ada sebagian dosen yang sangat ketat yang mana memanggil satu persatu mahasiswa ketika absen sehingga sulit untuk melakukan titip absen. Ada pula beberapa dosen yang kurang begitu peduli terhadap absensi, jadinya peluang untuk melakukan titip absen. Ini nih himbauan untuk para dosen agar untuk lebih peduli dan memperhatikan absensi mahasiswanya.
Eitss.. Tapi kan ini sistem pengajaran orang dewasa, masa harus diatur dan diperhatikan kaya anak SMA lagi. Malu dong. Seharusnya yang bermain disini adalah kesadaran pribadi. Bukankah kita yang butuh akan ilmu tersebut. Bukankah semua itu akan kembali kepada kita. Semua tenaga, pikiran, biaya semua itu adalah biaya yang harus kita korbankan untuk mendapatkan sesuatu yang disebut ilmu. Memang sih rasa malas, enggan, capek pasti kita rasakan. Namun bukankah itu semua merupakan tantangan yang harus kita lewati. Toh untuk mendapatkan sesuatu kita harus bekerja keras. Balik lagi ke masalah titip absen. Titip absen ini dianggap sesuatu yang sepele yang mana menjadi kebiasaan. Bukankah hal-hal yang besar itu berawal dari hal yang sepele? Kebiasaan pula akan membentuk perilaku kita yang mana akan menjadi suatu pembenaran. Seperti halnya mencontek, curang dan sebagainya yang mana akan berdampak pada diri kita dan orang lain dimasa yang akan datang. Semua yang akan terjadi di masa yang akan datang adalah apa yang kita kerjakan sekarang. Maka dari itu, jika yang kita lakukan sekarang buruk maka yang akan terjadi dimasa yang akan datang juga akan buruk. Maka dari itu mulailah disiplin memimpin diri kita sendiri untuk mengukuti alur yang baik sebelum kita memimpin orang lain kelak.
Mencontek, nge-pek, curang saat ujian sudah sering kita temui bahkan kita lakukan sendiri dimasa sekolah. Wajarlah, namanya juga bukan orang dewasa, meskipun penulis sendiri tidak setuju dengan tindakan tersebut dengan dalih belum dewasa. Jangan pernah membiarkan sesuatu yang sepele karena dapat menjadi sesuatu yang luar biasa. Ketika mencontek, nge-pek, curang saat ujian sudah sering kita jumpai di masa sekolah tetapi menakjubkanya tidak pernah ditemui peristiwa titip absen. Peristiwa titip absen justru sering kita jumpai dikalangan pendidikan orang-orang dewasa, meskipun masalah mencontek dan curang sendiri juga belum beranjak pergi. Lantas ketika peristiwa mencontek dan sebangsanya sudah terjadi dikalangan sekolah dengan kata lain pendidikan belum dewasa, kenapa dikalangan pendidikan orang dewasa muncul masalah baru yang dikenal dengan fenomena titip absen. Sebenarnya yang di sebut dengan kata dewasa dan pendidikan orang dewasa itu apa?
0 comments:
Post a Comment